Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Perjalanan Seorang Santri Dan Kyai

Kisah Perjalanan Santri dan Kyai
Bincang Santri - Bagi seorang santri, dekat dengan kyai adalah suatu keistimewaan tersendiri, dekat orang yang dicintai oleh allah, bisa saja allah akan mencintai orang yang dicintainya, seperti yang di alami oleh penulis, semoga dengan mengikuti kyai dalam perjalanan ke bali bisa membuka tabir barokah.

perjalanan seorang santri

Senin pagi, setelah melaksanakan kewajiban seperti biasanya, aku tiba tiba di timbali (dipanggil) oleh sang kyai.

Awalnya ada prasaan tak enak, kenapa beliau memanggilku ?

Setelah bermuwajah (bertatap muka), kutundukkan kepala sebagai rasa ta'dhim dan andap asor ku ke beliau.

"Rabu kamu ada acara" sang kyai membuka percakapan

Langsung ku berpikir, jika pertanyaanya seperti ini pasti sang kyai akan mengajak pergi ke suatu tempat.

Jika mengingat hari rabu, pada saat itu aku juga ada pekerjaan wajib yang harus di laksanakan, ingin rasanya berkata "ada yai".

Tapi siapa sangka, hati dan lisan saling bertolak belakang, tiba tiba lisanku malah berkata

"Mboten kyai"

"Ya sudah, besok ikut aku ke bali, ada urusan disana"

"Enggeh kyai"

Well, tanpa memperhatikan situasi kujawab bahwa aku sanggup untuk mengikuti beliau dalam perjalanan.

Itulah yang di aku maksud dengan keta'dhim an terhadap kyai, tanpa memikirkan kondisi, seorang santri pantang untuk menolak, apapun kejadiannya, jika ditanya santri harus menjawab "enggeh kyai".

Setelah menjelaskan apa saja yang di butuhkan dalam perjalanan, sang kyai juga menyuruhku untuk mengantarkan sebuah paket yang harus di kirimkan pada hari itu juga.

Padahal hari itu aku ada janji dengan salah satu putra dari kyaiku sendiri, tapi mau bagaimana lagi, tiba tiba lisanku berkata "enggeh kyai".

Kupergi untuk mengirimkan paket itu, dan mengajak salah seorang teman, setelah kami mengirimkan paket, kami berhenti sejenak untuk menghilangkan dahaga, apa salahnya jika ngopi sebentar XD.

Pada hari selasa, agendaku adalah ingin mengurus dokumen yang diperintahkan oleh salah satu putra dari kyai.

Namun agenda itu tak terlaksana lantaran aku di panggil oleh sang kyai guna mengirim paket yang lupa dikirimkan.

Kukirimkan lagi paket itu bersama temanku, ditengah perjalanan, ada sms masuk dari kyaiku.

"Kalau kamu bawa uang lebih, belikan pudak di bu muzanah"

Ku lihat tasku, apakah aku membawa uang apa tidak, sial, aku lupa membawa dompet.

Bukannya menjawab "Mboten beto kyai", aku malah menjawab "enggeh kyai"

Padahal aku tidak membawa uang sama sekali, lalu apa sulusinya ?, yah harus kembali ke pondok guna mengambil uang.

Apapun yang diperintahkan kyai, santri pantang untuk gagal.

Satu prinsip saya, selama itu untuk kemaslahatan kyai, pasti ada jalan.

Dan memang benar, aku ingat bahwa aku mengajak seorang teman, kutanyakan dia, apakah di membawa uang ? dia menjawab iya

Alhamdulillah, aku tak jadi balik ke pondok.

Setelah membeli pudak yang diinginkan, aku kembali ke pesantren, dan memberikan pudak tersebut ke kyai.

Sebelum itu, dalam perjalanan pulang temanku berkata :

"Gus dur pernah berkata : Santri yang bermanfaat itu bukan dilihat saat dia mondok, tapi saat dia keluar dari pondok"

Kujawab sekilas

"Oleh karena itu, agar bisa bermanfaat di luar pondok, maka bermanfaatlah di dalam pondok, siapa tau, bermanfaatnya kita di pondok sebagai jalan agar kita bisa bermanfaat bagi masyarakat"

Cie cie yang jadi mario teguh dadakan XD

Yah harapanku cuman satu, semoga semua itu barokah.


Kupejamkan mata, agar besok tenaga untuk menemani kyai menjadi giat, dan ada beberapa yang sempat terpikirkan olehku, seperti apa pulang yang mayoritas umat hindu budha itu ?

Baca Juga : Tiba di bali (Coming Soon).

Itulah awal kisah perjalanan seorang santri dan kyai, bukannya untuk riya, tapi mudah mudahan itu bisa dijadikan contoh, terlebih lagi terhadap orang tua, semoga bermanfaat :)

14 komentar untuk "Kisah Perjalanan Seorang Santri Dan Kyai"

  1. Terimakasih atas informasinya. Jadi nambah pengetahuan nih👍👍

    BalasHapus
  2. Ketaatan memang kunci utama keberhasilan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apalagi kalau taat kepada orang tua, insya allah dunia akhirat akan tercapai

      Hapus
  3. Artikelnya sangat bagus....mungkin ada beberapa pelajaran berharga dan juga ada yang pesan atau amanat yang gak keliatan :)

    BalasHapus

  4. "Gus dur pernah berkata : Santri yang bermanfaat itu bukan dilihat saat dia mondok, tapi saat dia keluar dari pondok" tersentuh bangett apalagi sama ane yang statusnya santri juga

    BalasHapus
  5. Keren mas.. apalagi artikel nya ada part paket nya.. pasti jadinya keren

    BalasHapus
    Balasan
    1. Minta doanya agar artikel ini ada kelanjutannya

      Hapus
  6. santri itu boleh boong kepada kiainya sendiri ?, seperti berkata yang tidak selaras hati dan pikirannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau menurut saya, berbohong seperti itu harapannya agar tidak mengecewakan sangkyai

      Hapus
  7. saya belum pernah ngerasain mondok. tapi karna saya sekolah dan tinggal dirumah, saya pikir taat kepada kedua orang tua dan kepada guru rasanya juga cukup. Tapi melihat kisah kisah dari santri di Indonesia, saya jadi pengen ngerasain mondok, biar bisa lebih mandiri lagi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Orang tua adalah pembuka segala, karena ya ridho allah juga ridho orang tua :D

      Hapus
  8. wah semoga kisahnya menginspirasi dalam menjalani hidup yg baik gan..

    BalasHapus