Tinggal Kenangan
Tinggal Kenangan
Bincang Santri - Kaca bus menyisakan sedikit embun bukti hujan telah reda, begitu pula dengan mereka berdua, setelah meninggalkan pondok pesantren hanya berjuta juta kenangan yang akan selalu mereka kenang.
Sudah satu jam lamanya mereka menaiki bus jurusan jember - pasuruan, mereka berdua duduk berdampingan di kursi belakang, agar bisa lebih leluasa memandang ciptaan yang maha kuasa.
Selama di bus, mereka berdua terdiam dalam dunia imajinasinya sendiri sendiri, hasyim teringat akan desanya, sudah 5 tahun hasyim tidak pernah pulang ke rumahnya, bagaimana keadaan desanya saat ini? apakah masih seperti dahulu atau malah sebaliknya?
Apakah rumah itu masih ada beserta orang orangnya? ataukah sudah pindah ke lain tempat?
Begitu banyak pikiran yang melanda hasyim, karena beberapa alasan, hasyim tidak pernah pulang kerumah, meskipun pada saat liburan pondok pesantren.
Salah satunya yang mendominan adalah hasyim juga termasuk khodam pak yai, jadi kalau ada apa apa, hasyimlah yang di panggil oleh pak yai, seperti menemani pak yai dalam sebuah perjalan.
Bagi santri, menjadi khodam pak kyai adalah sebuah kehormatan, karena bisa dekat para ulama, bukan hanya dekat saja, tapi sebagai orang yang membantu apa saja yang di perlukan oleh pak kyai.
Oleh karena itu, tak sembarang orang yang bisa menjadi khodam pak yai, karena menjadi khodam mempunyai tanggung jawab besar.
Meskipun begitu, dampak menjadi khodam juga tak kalah hebatnya, biasanya orang yang menjadi khodam, ketika keluar dari pondok pesantren, segala urusannya akan dimudahkan oleh allah.
Bus berhenti tepat di sebuah gapura bertuliskan desa kemangi, desa yang mayoritas penduduknya petani daun kemangi, daun wangi yang biasanya dijadikan lalapan ketika mau makan disertai dengan sambal (eeemm)
Disamping gapura terdapat sebuah pos, tempat dimana penduduk desa berjaga di kala malam.
Inilah yang menjadi perbedaan antara kota dan desa, kota menyewakan orang untuk menjaga desanya (komplek) atau biasa dikenal dengan sebutan satpam.
Berbeda dengan keadaan desa, mereka tak para penduduk desa membuat jadwal tersendiri untuk menjaga keamanan desa.
Pos tersebut tampak sepi, mengingat jam menunjukkan pukul 16.40, biasanya para pemuda desa berkumpul di pos tersebut setelah melaksanakan sholat maghrib
Yazid dan hasyim berjalan memasuki gapura itu, didepannya nampak hamparan sawah daun kemangi yang enak aromanya.
Disampingnya juga terdapat sebuah lahan luas namun tak ada daun kemanginya sama sekali
Hasyim masih ingat, dulu ketika dia masih sepi dari dosa, diwaktu seperti ini, dia masih bermain bola di lahan tersebut.
Meskipun hari mulai gelap, nampak hasyim kecil masih terus bermain bola, tak ada yang dapat membuatnya berhenti, kecuali satu, teriakan dari ibunya.
Syiiim, Hasyim cepat pulang, ibu itu memegang ranting yang dia dapatkan dalam perjalanan menjemput si hasyim kecil
Cepat pulang, sudah mau maghrib kata kata itu masih tergiang di telinga hasyim.
Hasyim mengingat ngingat kejadian itu, semua sedikit berubah, lahan tersebut sekarang sudah ada gawangnya, berbeda dengan hasyim di waktu kecil, dimana ia membuat gawang dari sebongkah batu.
Ya, semua pasti berubah, tak ada yang kekal di dunia ini kecuali yang maha esa.
Hasyim dan yazid masih terus berjalan, berjarak 300 meter dari lapangan, nampak sebuah musholla
Hasyim : Zid, kita berhenti dahulu
Yazid : Kenapa syim
Hasyim : Kamu udah sholat?
Yazid : Belum syim, nanggung nih, sekalian di rumah
Hasyim : Sholat kok di tunda tunda, sudah hampir maghrib, malah sholat kita jadinya makruh, ayo sholat
Yazid : Iya iya (dengan muka cemberut, karena berbeda pikiran)
Hasyim dan yazid berhenti di musholla itu dan melaksanakan sholat asyar berjamaah
Setelah selesai sholat, mereka melanjutkan perjalanan, munkin jarak antara musholla dengan rumah mereka berdua sekitar perjalan 10 menit.
Hasyim dan yazid masih terus berjalan, sesekali ada petani yang menyapa
Petani : Udah pulang ya nak?
Yazid : iya pak, saya pamit dulu ya pak
Petani : iya nak
Petani itu membawa seranjang daun kemangi, nampaknya dia telah memanen hasil yang telah ia tabur.
Perjalanan masih terus berlanjut, mereka berdua sesekali menengok samping kanan kiri, siapa tau ada teman atau keluargnya di situ.
Di depan mereka, menjorok ke sebelah kanan, nampak sebuah rumah megah dibanding kan rumah lainnya.
Tepat di gerbangnya terdapat semacam tulisan, Kepala Desa kemangi
Itulah rumah kepala desa yang megah, selalu saja, rumah orang orang yang bekerja di bawah pemerintah selalu besar rumahnya, berapa gaji yang mereka terima? entahlah hanya allah yang tau
Hasyim dan yazid mendekati rumah tersebut, didepan rumah tersebut ada sebuah pohon "keres", mereka berdua mengambil buahnya.
Mereka berdua ingat, sesekali sebelum pulang dari bermain bola, layaknya sakta, mereka berdua berhenti untuk mengambil buah keres dari rumah pak kades.
Jika mereka ketahuan, sudah pasti pak kades akan marah, pernah mereka ketahuan mengambil buah tersebut
Alhasil, pak kades marah kepada mereka, tapi namanya juga anak kecil, gesit dan lincah, mereka berdua pun tak jadi tertangkap
Ternyata pak kades masih belum tergantikan hingga saat ini, entah apa penyebabnya tapi rentang 15 tahun, bukanlah waktu yang sedikit.
Hasyim sesekali menoleh ke rumah tersebut, siapa tau ada penghuninya lewat.
Kreeeek,suara pintu terbuka, nampak seorang wanita berusia 20 tahunan sedang membuka pintu.
Wajah cantiknya bagaikan rembulan di malam hari, kulitnya putih seputih awan, dia memakai krudung warna biru selaras dengan kulit putihnya, orang mengira wanita itu seperti langitan yang begitu indah.
Siapapun yang memandang takkan pernah insya allah tak akan berpaling darinya.
Siapapun yang akan memandang akan terasa nyaman melihatnya
Seperti halnya hasyim, denyut nadinya bertambah cepat seperti bertemu setan, padahal apa yang ia lihat adalah seorang gadis kembang desa.
Yazid : Syim lihat apa kau ?
Hasyim tak menoleh dari panggilan yazid, dia masih terpana dengan wanita itu.
Yazid : Syim !!
Hasyim : Apa zid, ngagetin orang aja
Yazid : Kamu lihat apa
Hasyim : Lihat itu (sambil menunjuk wanita tadi)
Yazid : Pantesan, jangan berkedip syim, nanti dosa kau.
Hasyim : Sialan kau zid
Mereka berdua hanyut dalam pandangan wanita yang hilang memasuki rumah, namun saat itu mereka berdua di kagetkan oleh seorang wanita lainnya.
Kembali Ke :
Episode 1 : Benih Cinta Pesantren
(Bersambung)
Lanjut Ke :
Episode 3 :
Jika cerita ini bagus mohon untuk berkomentar dan penulis akan terus membuatnya
(Bersambung)
Lanjut Ke :
Episode 3 :
Jika cerita ini bagus mohon untuk berkomentar dan penulis akan terus membuatnya
infonya bagus gan,mungkin akan sangat membantu untuk kedepan nanti
BalasHapusditunggu artikel nantinya yang lebih inspiratif
ceritanya bagus kang saya tunggu lanjutanya..
BalasHapusInsya Allah kang, doakan cepet selesai enggeh
Hapus