Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Santriwati Bersewek Batik

Sewek Batik
Bincang Santri - Selamat pagi di hari yang cerah, melalui halaman ayo berbagi kisah yang ada di blog ini, karena dulunya saya adalah seorang santri, saya memberanikan diri untuk membagikan kisahku selama di ponpes, munkin sedikit lebay, namun dulu aku pernah menyukai seorang santriwati bersewek batik.

wanita bersewek batik


Wanita Bersewek Batik


Panggil saja aku ibrahim, yang saat ini menginjak usia 20, saat berumur 17 tahun tepatnya aku memasuki kelas 3 MA (SMA), aku menyukai santriwati.

Loh kenapa bisa suka ? padahal kan di pondok pesantren santri dan santriwati tidak di perbolehkan untuk bertemu.

Yah sebagian pembaca akan berpifikir seperti itu, tidak salah namun ada sedikit kekeliruan.

Sampai kapanpun dan dimanapun berada pondok pesantren, santri dan santriwati memang tidak di perbolehkan untuk bertemu.

Tapi bagi ponpes yang areanya tidak seluas ponpes besar, mau tak mau asrama putra dan putri berdekatan satu sama lain, hanya terpisahkan oleh dinding pesantren.


Bagi santri seperti kami, istilah cinta terhalang dinding pesantren memang benar kami rasakan.

Jika china punya tembok china yang begitu kokoh, kami para santripun punya tembok cinta yang begitu kuat (jahaha).

Aku hanya melihat santriwati bersewek batik itu saat ada sambangan (istilah yang di gunakan santri bagi wali santri yang menjenguk santrinya).

Meskipun kelas kami terpisah, aku selalu saja memperhatikan santriwati tersebut, melalui pemandangan dari atas gedung madrasah.

Sewek (sarung cewek) batik yang selalu ia kenakan memudahkan aku untuk mengenali dirinya diantara teman temannya.

Bawahan yang menunjukkan ke khasan indonesia pertiwi membuat aku berfikir, munkin cintanya itu seluas indonesia dan seanggun batik yang ia kenakan.

Entahlah kenapa aku bisa sampai berfikir seperti itu, munkin lagi dilema yah :D

Karena seringnya melihat santiwati itu selalu mengenakan sewek batik, aku berfikir bahwa dia berasal dari solo, kota batik yang terkenal.

Pancaran gadis desa memang pantas ia miliki.

Aku dibuat selalu memikirkannya, tak ada temanku yang tahu bahwa aku menyukainya.

Bodohnya, hingga saat dia boyong (keluar dari pondok pesantren), aku tak berani mengungkapkan padanya.

Itulah yang aku sesali hingga saat ini, aku pun percaya bahwa cinta tak harus memiliki dan jodoh pasti akan bertemu pada pemiliknya.

Yah setidaknya, aku memiliki kisah cintaku di pesantren (meskipun tak boleh ya haha), jadi aku tidak kalah dengan anak anak luar.

So, jangan berfikir bahwa santri tak mempunyai cinta, setiap santri munkin punya kisah cintanya tersendiri di pesantren.


Wah kalau lama lama bercerita bisa bisa jadi novel ini :D, sampai di sini saja dulu ya, curhatnya mengenai santriwati bersewek batik, terima kasih telah membaca, assalamualaikum :).

Posting Komentar untuk "Santriwati Bersewek Batik"