Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Cinta Seorang Santri Pesantren

Cerita Cinta Santri
Bincang Santri - Sebelum kami menuliskan kisah cinta santri di pondok pesantren ini, kami berharap, sobat tidak merubah pandangan terhadap pesantren, karena tulisan ini hanya sebagai hiburan belaka dan tidak bedasarkan dari kisah nyata.

cerpen santri jatuh cinta

Berikut kisah cinta santrinya


"Jika kita memang berjodoh, kita akan di pertemukan kembali oleh Allah SWT, jangan bersedih, aku akan kembali padamu, jagalah ini untukku"  salah seorang santri memberikan ummul kitab kepada santriwati yang begitu penting baginya.

Kembali beberapa hari sebelum percakapan di atas terjadi

Seperti biasanya, pagi itu para santri sedang melaksanakan piket teras harian, menyapu teras, membuang sampah dan lain sebagainya.

"Kang, ayo kita ngambil nasi di dapur"  santri yang bernama aziz mengajak temannya untuk mengambil nasi di dapur
"Sekarang waktu kita piket ya ?"

"Iya kang"
"Ya sudah ayo kita berangkat"

--------

Pondok pesantren yang bertempat di daerah terpencil itu, hanya di penuhi oleh puluhan santri saja, karena sedikitnya santri yang mondok, pengasuh pesantren dapat dengan mudah mengetahui kondisi santri satu persatu.

Warga sekitar terkadang menyebutnya dengan sebutan padepokan, karena sedikitnya santri yang mondok disana.

Namun semua itu tak dapat merubah hormat warga kepada pengasuh pesantren itu.

Munkin karena akses menuju padepokan itulah yang membuat begitu sedikitnya santri yang mondok disana.

Pesantren itu berada di kedalaman hutan, jauh dari lingkungan desa dan warga sekitar.

Namun setiap paginya selalu ada santri  yang pergi kepasar untuk membeli keperluan dapur.

--------

Kedua santri tadi sudah sampai  di dapur guna mengambil nasi dan lauk, dapur yang tepat berada di belakang ndalem (sebutan untuk rumah kyai), membuat kedua santri tersebut berjalan secara perlahan lahan, karena takut langkah kaki mereka bisa mengganggu orang orang ndalem.

Tiba tiba

Muncul wanita muda mengenakan kerudung hijau, warna hijau itu seperti daun yang jatuh dari atas langit, gerakan kakinya yang menawan membuat kedua santri tersebut diam dengan kepala menghadap kebawah.

Wanita itu meninggalkan keduanya, pergi ke tempat dimana kedua santri tersebut tak mengetahuinya.

Bayangan kerudung hijau masih terus menghantui salah satu dari kedua santri tersebut.

"Kang ahmad, neng sudah pergi, baju samean kok basah semua, haayoo ada apa" aziz menggoda temannya yang bernama ahmad
"Eeh, iya, pantesan kok terasa panas disini"

"Panas cuaca atau panas hati" aziz masih terus menggoda ahmad
"Ah, kamu ada ada saja, ayo kita pulang, teman teman munkin sedang menunggu kita" ahmad mengalihkan pembicaraan

--------

Dalam kepulangannya, ahmad masih terus terbayang bayang wanita tadi, wanita yang begitu penting dalam hidupnya, namun ahmad sadar bahwa wanita itu tak pantas didapatkannya.

Banyak dari kalangan santriwari yang suka terhadap ahmad, karena wajah tampan yang ia punya, dan juga kepintaran yang ia miliki di atas rata rata.

Namun, tak ada santriwati yang dapat memikat hati seorang ahmad.

Hanya kepada wanita tadi hati ahmad terbuka, tapi lagi lagi rasa minder itu masih terus saja menghantui hati ahmad.

--------

Lelaki tua muncul dari kamar, rambutnya yang kian memutih membuat orang yang pertama kali melihatnya akan mengira bahwa lelaki tersebut berumur 45 tahun.

"Nduuuk"
"Daleeem bah"

Wanita muda menghampiri lelaki tua itu

"Kamu sekarang kepasar ya nduk, temeni minah beli keperluan dapur"
"Enggeh bah"

"Hati hati ya nduk"
"Enggeh bah"

Wanita tadi mencium tangan ayahnya, sebagai rasa hormat dan cintanya kepada beliau

Wanita yang diketahui bernama azizah itu keluar dari rumahnya, namun ia tak percaya apa yang dilihatnya.

Seorang pemuda yang selalu menghiasi doanya, pemuda yang selalu ada dipikirannya, dan pemuda yang selalu ia semogakan.

Hanya beberapa detik azizah bertatap muka dengan santri itu, sebagai ungkapan rasa malunya, azizah hanya bisa menundukkan wajahnya serta pergi meninggalkan santri tersebut.

--------
Ahmad : "Masya allah, aku lupa sesuatu"
Aziz : "Ada apa kang ahmad"

Ahmad : "Jam pemberian orang tua ketinggalan di dapur tadi, saya takut hilang, saya ambil dulu ya"
Aziz : "Perlu di temenin kang ?
Ahmad : "Tidak usah"
Aziz : "Ya sudah kang"

Setelah mengetahui jamnya yang tertinggal di dapur, ahmad lekas menyelesaikan sarapan paginya.

Sesampainya di dapur, tanpa sengaja ahmad mendengar suatu pembicaraan yang pantang ia dengar.

Jarak antara dapur dan ndalem kyai yang begitu dekat, membuat pembicaraan tersebut terdengar sangat jelas.

Ahmad sudah terlanjur mendengarnya, ada rasa tidak percaya terhadap apa yang ia dengar, seketika itu ahmad mempercepat langkah kakinya guna mengambil jam yang tertinggal.

"Bruaaak"

Seekor kucing menjatuhkan panci, bersamaan dengan itu, ada suara yang tak asing di telinga ahmad.

Apa yang didengarkan oleh ahmad ? lalu siapa wanita muda tadi ? semua akan terungkap di episode ke 2

[Bersambung]

--------

Lanjut Ke
Episode 2 : Terorisme pesantren

Episode 3 : Praduga santri teroris

Episode 4 : Jalan sang santri

Episode 5 : Aku santri bukan teroris

Episode 6 : Amanah sang kyai

Episode 7 : Rencana santri teroris

Episode 8 : Temu santri

Itulah kisah cinta seorang santri di pondok pesantren, tunggu episode selanjutnya, jika ada yang ingin ditambahkan terkait cerita ini, mohon untuk berkomentar di bawah ini :)

Posting Komentar untuk "Kisah Cinta Seorang Santri Pesantren"