Jalan Sang Santri
Sang Santri
Bincang Santri - "Cepat jelaskan !!, apa yang terjadi disini, bukannya kamu adalah santri yang tadi, apakah kamu bagian dari ini semua, kamu harus ikut aku kantor !!" pertanyaan tanpa henti di lontarkan oleh seorang polisi.
[Beberapa jam sebelumnya]
Ahmad diajak keluar menggunakan mobil oleh pak jendral, pergi ke tempat dimana pak jendral sering mendiskusikan masalahnya kepada teman temannya.
Hari mulai malam, sang fajar pagi sudah waktunya digantikan oleh sahabatnya, burung gagak menyuarakan teriakan khasnya.
Pak Jendral : "Sudah masuk waktu maghrib, kita sholat dulu di tempat itu" sambil menuju ke musholla yang ada di pinggiran jalan
Ahmad : "Baik pak"
Tanpa mereka sadari ada beberapa orang yang memantaunya dari kejauhan.
--------
Suasana di musholla yang begitu ramai, membuat pak jendral berpikir ulang untuk mendiskusikan masalahnya di tempat itu
Begitu pula dengan beberapa orang tadi, mereka tak berani mengambil langkah karena tempat yang begitu ramai oleh penduduk setempat.
--------
Setelah melaksanakan sholat maghrib, ahmad dan pak jendral melanjutkan perjalanannya, jalanan yang dilalui hanya di temani oleh beberapa tiang lampu yang meredup redup.
Pak Jendral : "Jadi apa yang ingin kamu bicarakan nak, melihat dari wajahmu, sepertinya ada keseriusan, dan nampaknya juga sangat penting"
Ahmad : "Begini pak, saya adalah santri dari pesantren itu, beberapa tahun saya mondok disana, namun baru kemaren saya menemui fakta mengerikan"
Pak jendral : "Fakta apa itu nak"
Ahmad : "Saya mengetahui bahwa pesantren saya itu adalah sarang teroris"
Mendengar kata teroris, wajah pak jendral terlihat tegang, kaget, namun itu hanya beberapa saat, sesekali mereka berdua saling pandang satu sama lain.
Pak Jendral : "Dari mana kau tau nak ?"
Ahmad : "Kemaren saya mendengar pembicaraan mengenai tempat yang akan menjadi sasaran terorisme"
Pak Jendral : "Dimana itu, lalu kau tau pelakunya ?"
Ahmad : "Di kota itu pak, salah satu pelakunya adalah kyai saya sendiri"
Ada rasa tak percaya setelah mendengar kata kyai, orang yang dimulaikan oleh ummat, orang yang menjadi panutan, kenapa harus bertindak seperti ini.
Ahmad hanya bisa menunduk pasrah, ada rasa salah dalam dirinya, kenapa ia harus melaporkan kyainya kepada aparat kepolisian
Melihat ahmad yang sepertinya menyesal dengan keadaan yang ada, lantas pak jendral berucap
Pak Jendral : "Saya percaya kamu, apa yang kamu lakukan sudah, kalau kamu tidak melaporkan, munkin ratusan orang akan mati, lalu kapan mereka akan beraksi"
Ahmad : "Besok pak"
Pak jendral : "Kita harus cepat cepat, kita akan menuju tempat dimana atasan dan teman saya berada"
Ahmad : "Iya pak"
Ahmad hanya bisa berdoa, semoga apa yang gurunya rencanakan akan menjadi gagal.
--------
Berjarak sekitar 10 meter dari belakang mobil yang di tumpangi oleh ahmad dan pak jendral, nampak 2 buah mobil beriringan berisikan 6 orang.
Setiap mobil di isi oleh 3 orang.
Didalamnya mereka ber enam sedang membicarakan sesuatu.
Teroris 1 : "Jarak menuju kota dari tempat ini berkisar 1 jam an, dan kita harus melewati hutan ini, waktu kita masih cukup, kita harus membereskan mereka hutan ini"
Teroris 2 : "Saya sejutu dengan apa yang kamu katakan, lebih cepat lebih baik, lagi pula di tempat seperti inilah seharusnya orang orang seperti itu layak mati"
Teroris 3 : "Benar, disini juga menguntungkan kita, tak ada siapa siapa disini selain pohon pohon"
Melalui telfon teroris 1 mengungkangkap rencana kepada teroris yang berada di mobil.
Teroris : "Baik, akan kami laksanakan sekarang"
--------
Pak jendral akhirnya mengetahui ada yang tidak beres dengan mobil mobil di belakangnya.
Para teroris menancapkan gas, mengikuti kecepatan mobil pak jendral, dan mulai menembaki ban belakang mobil.
Pak Jendral : "Kita harus berhenti, ban mobil sudah mobil bocor, kamu harus tenang, akan kuberaskan mereka semua, mereka munkin adalah komplotan teroris yang kamu bicarakan"
Ahmad ketakutan dengan keadaanya yang seperti ini, lebih lebih ahmad baru pertama kali ini mendegar suara tembakan tepat di depannya.
Ahmad hanya bisa berdoa semoga allah menyelamatkan hidup mereka berdua.
Pak jendral menghentikan mobil dan keluar dari dalam, dengan pistol yang ia pegang.
Tepat di depannya terparkir mobil yang menembaki mereka berdua.
Pak Jendral : "Siapa kalian ? !!"
Teroris 1 : "Saya adalah orang yang akan menghilangkan maksiat di bumi pertiwi ini"
Pak Jendral : "Apa yang kalian lakukan itu salah !!, lebih baik kalian menyerahkan diri"
Teroris 1 : "Buat apa? tak ada gunanya !!"
DOOOORR !!
Peluru tepat mengenai kepala seorang
Tembakan melesat keluar dari ujung pistol, di kejauhan nampak seorang yang mengenakan sarung menembak pak jendral menggunakan pistol jarak jauh.
Mendengar ada suara tembakan, ahmad hanya bisa menunduk kebawah dengan tubuh bergemetaran, apa yang terjadi di luar sana ? bagaimana nasib pak jendral ? kenapa aku tidak membantu? kenapa aku jadi penakut seperti ini ? aku harus keluar menolong pak jendral !!
Tak memperdulikan dirinya sendiri, ahmad pun keluar dari mobil.
Bukan tanah yang pertama kali ia injak, melainkan darah segar, darah seorang yang ia kenal.
Ahmad : "PAK JENDRAL !!"
Teroris 1 : "Jendralmu sudah dipanggil, hahaha dan kau akan segera menyusulnya"
Ahmad melihat ke arah depan, dan pada saat itu juga, keluarlah dari mobil, seorang yang ia kagumi, banggakan, serta menjadi panutan dalam hidupnya.
Ahmad : "Pak kyai" ahmad berkata lirih
Mereka berdua saling pandang, diikuti pula oleh keluarnya 2 orang yang begitu dekat dengan ahmad.
"Kang saiful, kang soim" ahmad tak percaya apa yang dilihatnya.
Dalam ketakutannya, ahmad menundukkan kepada seraya berdoa "Ya allah, lindungilah hambamu ini dari orang orang yang dzolim"
Bagaimana nasib ahmad ? apa yang akan di lakukan oleh pak kyai, saiful dan soim terhadap ahmad ? munkinkah ahmad akan selamat ? tunggu kelanjutannya ya :)
[Bersambung]
Episode 3 : Santri Teroris
Lanjut ke
Episode 5 : Aku santri bukan teroris
Episode 6 : Amanah sang kyai
Episode 7 : Rencana santri teroris
Episode 8 : Temu santri
Jika anda menyukai cerita ini, dukung kami melalui komentar di bawah ini.
Posting Komentar untuk "Jalan Sang Santri"