Terorisme Pesantren
Pesantren Bukan Sarang Teroris
Bincang Santri - Seperti yang penulis katakan kemaren, penulis berjanji hari ini akan melanjutkan kisah cinta santri di pesantren, sedikit bocoran, episode kali ini akan membahas mengenai terorisme di pesantren.
Ahmad dengan cepat meninggalkan dapur, tanpa meninggalkan bukti bukti nyata, namun dibalik tirai kamar, 2 orang memperhatikan ahmad.
"Awasi santri itu"
"Siap pak"
--------
Ahmad tak percaya apa yang di dengarnya tadi, sebuah kata yang paling dia benci, kata yang hanya bisa membuat tangisan, sakit, dan juga kehilangan.
Terorisme
Apakah benar kyai nya merencanakan terorisme ? apa ia tidak salah dengar, namun pembicaraan itu masih terus tergiang di telinganya.
"3 hari kedepan ini kita harus mempersiapkannya, hancurkan tempat tempat maksiat itu beserta orang orangnya, kalau perlu ratakan dengan tananh"
"Enggeh kyai"
Ahmad mulai mengingat pembicaraan kyainya, ada rasa kecewa terhadap orang yang dia banggakan itu, orang tua yang dia anggap seperti ayahnya sendiri, orang yang menjadi referensi kehidupannya.
Namun, semua itu hilang saat beliau mengucapkan kata :
TERORISME
Ahmad hanya bisa merenung di masjid, mengadu kepada allah, apa yang mesti dia lakukan dikala seperti ini.
Apakah harus mengikuti kyainya, atau malah melawan ?
Kyainya memang keras, benci dengan kemaksiatan dan juga orangnya, namun ahmad sadar islam itu rahmatan lil alamin.
--------
2 hari sejak ahmad mendengar percapakan yang dilarang itu, ahmad sudah memantabkan hatinya, sudah teguh pada pendiriannya yang sekarang ini.
Dia akan memberitahukan perihal ini kepada polisi, ahmad tak ingin ada warga pribumi yang menjadi dampak dari perbuatan keji itu.
Namun sebelum meninggalkan pesantren, ahmad teringat pada wanita pujaanya, wanita yang menjadi putri pertama dari kyainya.
Ahmad berhenti, berbelok menuju dapur guna untuk bertemu dengan azizah putri sang kyai, kebetulan, di teras ndalem ada khodam (pembantu) kyai.
Ahmad : "Mba, boleh minta tolong, panggilkan neng azizah ?"
Khodam : "Ada apa ya kang ?"
Ahmad : "Bilang saja, ahmad ingin berbicara sesuatu"
Khodam : "Baik kang, tunggu sebentar"
Ahmad : "Syukron"
--------
Tok tok tok
Khodam : "Assalamualaikum neng"
Azizah : "Walaikum salam" azizah membukakan pintunya
Azizah : "Ada apa minah ?"
Khodam : "Kang ahmad ingin bertemu jenengan neng, katanya penting"
Detak jantung sang putri kyai itu mulai berirama, layaknya genderang perang, keringat pun mulai mengikuti nyanyian detak jantung
Ada rasa malu, dan juga senang mendengarnya, azizah hanya bisa terdiam sesaat ketika nama ahmad mulai terdengar.
"Kenapa kang ahmad memanggilku, ada apa gerangan" pikir azizah dalam hati.
Azizah: "Terima kasih sudah memberitahu, akan kuhampiri dia, biar aku sendiri saja"
Khodam : "Enggeh neng"
Azizah melangkahkan kakinya untuk menemui santri yang berani memanggilnya itu, saat membuka pintu, nampak ahmad mengenakan tas layaknya santri yang mau boyong.
--------
Ahmad masih terus berdiri menunggu kedatangan azizah, baru pertama kali ini ia berani memanggil azizah, kalau keadaannya tidak seperti ini, ia gak bakalan berani untuk manggil azizah sang putri kyai.
"Assalamualaikum mas, " ahmad kaget,
"Walaikum salam neng"
"Ada apa mas manggil saya? " dengan wajah tertunduk
"Tidak apa apa, anuu" ahmad juga menundukkan kepalanya
"Kenapa mas ?"
"Ada yang ingin kubicarakan neng"
Kedua insan itu masih terus saja menundukkan kepalanya masing masing, hanya ahmad yang sesekali menatap kedepan.
"Maaf jika ini lancang sekali, namun kalau ucapan ini tak dikeluarkan, akhirnya akan terasa sakit sendiri, maaf akun mencintaimu neng" ucap ahmad
Akhir kata yang begitu lirih, namun terdengar jelas oleh azizah, meskipun telinganya tertutup oleh kerudung.
Kalimat indah yang begitu ia impikan dari orang yang selalu ia doakan, sungguh indah sekali saat itu.
"Aku tak peduli enkau menolak ataupun tidak, bagiku, kalimat itu keluar dan terdengar olehmu itu sudah lebih dari cukup" lanjut ahmad
Azizah hanya terdiam, tak berani memandang ahmad, paham atu tidak, ke terdiaman azizah adalah syarat bahwa ia juga mencintai ahmad
Ahmad masih terus saja melanjutkan ucapannya
"Aku akan pergi dari sini, entah sampai kapan aku pun tak tau, setelah urusanku selesai aku akan menemui lagi, jika kita memang berjodoh, kita akan di pertemukan kembali oleh Allah SWT, jangan bersedih, aku akan kembali padamu, jagalah ini untukku"
Ahmad mengeluarkan al quran dari tasnya, memberikan ummul kitab tersebut kepada azizah.
Azizah mengangguk, memberanikan diri untuk menatap wajah ahmad, air mata nampak disela pipi yang memulai memerah.
Ahmad tak sanggup melihat wanita yang di cintainya dengan keadaan seperti itu.
"Izinkan saya pamit, assalamualaikum" ucap ahmad tanpa melihat azizah
Azizah hanya bisa melihat dari kejauhan, langkah kaki kepergian ahmad, hanya tangisan yang menyertai diri azizah
"Kenapa mas, kenapa engkau pergi, ada apa" azizah berteriak dalam hati seraya memeluk erat ummul kitab yang di berikan oleh ahmad
--------
Kemana ahmad pergi ? bagaimana dengan azizah ? lantas apa yang akan terjadi dengan rencana sang kyai ?
Nantikan kelanjutannya hanya di hanya di sini :)
Kembali Ke :
Episode 1 : Kisah cinta seorang santri
Lanjut Ke :
Episode 3 : Praduga santri teroris
Episode 4 : Jalan sang santri
Episode 5 : Aku santri bukan teroris
Episode 6 : Amanah sang kyai
Episode 7 : Rencana santri teroris
Episode 8 : Temu santri
Perlu di ingat kembali, jika persepsi sobat terhadap pesantren berubah karena tulisan, penulis tidak bertanggung jawab, tulisan ini hanya kisah fiktif belaka guna mengasah tulisan.
Dan satu hal lagi sobat, pesantren bukanlah tempat teroris tapi tempatnya santri, jika ada teroris yang mengatasnamakan pesantren, itu hanya akal akalan teroris untuk merusak pendidikan tertua di indonesia tersebut.
Jika ada penambahan terkait kisah ini, mohon untuk berkomentar di bawah ini.
Posting Komentar untuk "Terorisme Pesantren"