Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aku Santri, Bukan Teroris

Santri Bukan Teroris
Bincang Santri - Ahmad hanya bisa pasrah atas apa yang terjadi pada dirinya, sesekali melihat ke depan,  melihat kedua teman santrinya yang merupakan teroris, penjahat yang paling di benci oleh kalangan masyarakat, ahmad menunduk kemudian berkata "aku santri bukan teroris (seperti mereka)".

santri bukan teroris

Santri Bukan Teroris


"Hai anakku, bagaimana kabarmu" suara tua penuh dengan wibawa terlontar oleh orang yang menjadi panutan ahmad.

"Kenapa kau melakukan ini, ? kau adalah anak yang pintar, aku suka padamu" sang kyai melanjutkan ucapannya.

"Aku takkan membunuh mu, ketahuilah enkau sudah ku anggap seperti anak ku sendiri, dan akupun tau bahwa kau juga mencintai azizah putriku"

JLEBB

"Bagaimana munkin sang kyai tau kalau aku mencintai putrinya" ahmad berucap dalam hati

Kyai : "Tak perlu kaget seperti itu, kalau tidak seperti ini jadinya, aku pasti akan menikahkanmu dengan putriku, tapi takdir berkendak lain, coba tirulah teman temanmu ini" sambil menunjuk ke saiful dan soim.

Ahmad menatap kedua temannya itu, soim dan saiful hanya bisa tersenyum melihat ahmad.

Saiful : "Kalau tidak atas suruhan kyai, aku pasti akan membunuhmu kawan"

Ahmad tertunduk kembali mendengarnya

Kyai : "Wahai anakku, pulanglah kerumah, hilangkanlah kejadian ini, kalau tidak, akan banyak korban di keluargamu"

Mendengar kalimat keluarganya, rasa takut ahmad muncul kembali.

Setelah sang kyai berucap seperti itu, kedua mobil tersebut pergi meninggalkan ahmad.

Tanpa sadar tetesan air mata ahmad keluar, ia masih tak percaya apa yang terjadi barusan, pembunahan di depan mata, kyai dan kedua temannya adalah teroris, sungguh malam yang penuh duka dan penghianatan.

Sudah satu jam lamanya ahmad berdiam diri di tempat kejadian perkara, tak ada seorang pun yang melihatnya, kabut malam semakin memutih, untuk memandang kedepan saja susah bukan main.

Selang beberapa menit, ada cahaya yang sangat terang, cahaya dari sebuah mobil, bukan 1 namun beberapa mobil, ditambah suara khas dari mobil tersebut, membuat malam semakin gaduh.

Mobil polisi itu berhenti tepat di depan ahmad, ada beberapa oknum yang keluar, dan menghampiri ahmad.

"Siapa kauuu !!" bentak salah seorang polisi.

"Kenapa pak jenderal bisa seperti ini, apa yang terjadi disini !!! " bentakan masih terus berlanjut, ahmad mulai ketakutan, ahmad tak menjawab pertanyaan dari polisi tersebut.

Ahmad memandang kedepan, bertatapan dengan polisi yang dikenalnya.

Polisi : "Bukannya kamu santri yang tadi ?, kenapa pak jenderal bisa seperti ini, kamu harus ikut aku kekantor".

Ahmad masih tak menjawab, ia hanya tertunduk tanpa berkata apapun.

Ahmad diseret secara paksa oleh polisi polisi itu, dibawa menuju kantor untuk dimintai keterangan.

Mayat pak jenderal dan ahmad ditempatkan di mobil yang berbeda, mobil pun akhirnya berangkat meninggalkan mobil serta darah pak jenderal.

Dalam mobil ada satu pertanyaan yang mengganjal di hati ahmad, "kenapa polisi polisi ini tau keberadaan kami ?"

--------
Sebelum Pembunuhan Terjadi
--------

Pak jenderal sudah yakin bahwa ia takkan bisa mengalahkan para teroris itu, oleh karena itu akhirnya pak jenderal menekan sebuah tombol di mobil.

Tombol yang dapat mengirim sinyal keberadaan bahaya.

Yah namun sayang, pertolongan itu pun akhirnya terlambat.

--------

"Siapa pelakunya !!!"  suara keras disertai pukulan tangan menghantam ahmad.

"Cepat !!!" pukulan bertubi tubi masih terus belanjut tanpa menyisakan sedikit celah.

Meskipun diperlakukan seperti itu, ahmad hanya bisa terdiam tanpa berkata kata.

Meringis kesakitan takkan membuat pukulan itu berhenti, dan malah sebaliknya.

Bagaimanapun keadaanya, jika ahmad memberitahu pelakunya, niscaya keluarganya yang akan jadi korbannya.

"Masih tak mau bicara !!!"
"Kamu mau mati hah !!"

Umpatan umpatan dilontarkan oleh para polisi yang begitu jengkel dengan ahmad.

Wajah ahmad sudah tidak memperlihatkan ketempanannnya lagi.

Dari balik sel, tempat penghukuman terjadi, salah seorang polisi menghampiri.

"Sudah cukup, gundul dan mandikan dia, kemudian antarkan dia ke tempatku"

"Siap pak"

--------

"Tok tok tok" suara yang menandakan ada orang yang ingin masuk

"Masuk"

Orang dengan kepala plontos, di tambah dengan wajah yang kebiru biruan masuk kedalam sebuah ruangan.

"Duduk" polisi itu mempersilahkan ahmad untuk duduk

Polisi :  "Sebelum kamu berangkat dengan pak jenderal, beliau sudah menjelaskan semuanya padaku, tentang teroris itu dan rencana yang akan di lakukan besok oleh mereka"

Polisi : "Untuk menggagalkan rencana mereka aku butuh bantuanmu, nyawa masyarakat sekarang ada ditanganmu, aku tau kamu tidak bersalah, aku tau kamu bukan teroris, atau tau kalau kamu santri"

Pak polisi menghela napas panjang serta melanjutkan pembicaraanya.

Polisi : "Oleh karena itu, biarkan kami mengetahui siapa para teroris yang membunuh pak jenderal ?"

Mendengar kalimat terakhir, ahmad teringat dengan kyainya, teringat dengan janjinya, teringat keluarganya.

Kemudian ahmad tertunduk kembali tanpa menjawab pertanyaan pak polisi.

Sudah 10 menit lamanya ruangan itu terasa sunyi, sunyi oleh kebisuan mereka berdua.

Akankah ahmad memberitahu pelaku yang membunuh pak jenderal, dan bagaimana dengan janjinnya pada kyainya ?

[Bersambung]

--------- 

Kembali ke
Episode 1 : Kisah cinta seorang santri

Episode 2 : Terorisme pesantren

Episode 4 : Jalan sang santri

Lanjut ke
Episode 6 : Amanah sang kyai

Episode 7 : Rencana santri teroris

Episode 8 : Temu santri

Jika sobat menyukai cerita ini, dukung kami melalui komentar di bawah ini, agar kami bisa lebih semangat lagi dalam menggarap kisah cinta santri ini, terima kasih :)

Posting Komentar untuk "Aku Santri, Bukan Teroris"