Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Wali Allah Dan Santri

Kisah Para Wali
Bincang Santri - Akhirnya kami bisa melanjutkan kisah santri yang tertunda ini, masih menceritakan seorang santri yang ingin berguru kepada wali allah, ali namanya, setelah mencari tahu, akhirnya dia sampai di tempat wali itu berada.

kisah santri dan wali

Wali Dan Santri


Selang beberapa menit setelah mendengar jawaban salam, orang tua dengan tubuh tegap serta mata yang berkaca kaca menghampiriku.

Aku terdiam sejenak, kaget, dan tak percaya apa yang sedang kulihat ini.

Baru pertama kali ini aku melihat sebuah tanda yang begitu amat jelas, dan tempatnya pun berada di kening.

Tulisan "Ahlun Naar" tepat berada di depan mataku, karena ketinggian kami berdua hampir sama.

Kutepis jauh jauh pikiran jelek terhadap orang yang baru pertama kali bertemu denganku.

"Maaf, mbah, apakah mbah kyai mansyur " ?
"Benar nak, ada apa enggeh ?"

Sungguh aku tak bisa menerima ungkapan itu, bagaimana munkin orang yang dikenal dengan kyai dan wali allah mempunyai sebuah tanda merugikan.

Aku masih tenggelam dalam pikiranku sendiri, meratapi apa yang sebenarnya terjadi disini.

Agar tidak mencurigakan, ku bersikap seolah tidak terjadi apa apa, namun pikiranku masih kemana mana.

"Saya ali mbah, saya ingin mempelajari ilmu disini mbah"
"Boleh boleh, silahkan masuk nduk"

Setelah di persilahkan masuk di dalam rumah bambu, kulihat ada beberapa santri dengan kisaran umur 25-30 duduk bersila menghadap kyai mansyur yang berada di depannya.

"Silahkan duduk nduk"
"Enggeh kyai"

-----

Sudah beberapa hari ini aku telah bermalam di rumah bambu tersebut.

Tak ada keanehan yang terjadi sejak pertama kali aku datang kesini, selain melihat tanda yang di punya oleh kyai mansyur.

Dan aku berfikir, bahwa tak ada yang aneh dengan kyai yang satu ini, kegiatan beliau seperti halnya dengan kyai lain, seperti mengimami sholat, berdzikir dan juga membacakan kitab kuning.

Namun kenapa di kening beliau terdapan tulisan "Ahlun Naar" ?

Niat awal mencari ilmu kepada beliau malah berubah menjadi menyelidiki beliau.

Sungguh santri tak tau malu, tapi mau bagaimana, rasa penasaran inilah yang terus menghantui tidurku.

Ku mencari informasi ke beberapa santri, santri tersebur berkata bahwa di malam malam terntu kyai mansyur sering pergi entah kemana.

-----

Akhirnya tibalah dimana aku bisa menyelidiki kyai mansyur.

Kulihat kyai mansyur pergi seorang diri dengan mengenakan celana.

Tak menyianyiakan kesempatan ini, ku bergegas untuk mengikuti beliau di kegelapan malam

Hampir saja aku kehilangan kyai ini, namun kupercepat langkahku.

Beliau masih terus berjalan, didepannya terdapat persimpangan, beliau mengikuti arah kanan.

Aku masih terus mengikuti beliau, ku ikuti jejak langkah kakinya, setelah berbelok, aku tak percaya apa yang kulihat.

Di tangah lapang luas itu, terdapat rumah pondokan dengan lampu remang remang, di luarnya pun nampak beberapa pria dan wanita saling bercengkrama.

Dilihat dari tempatnya pun, aku sadar bahwa tempat itu adalah tempat maksiat.

Apa yang di lakukan oleh kyai mansyur di sini ? begitu pikirku.

Ku beranikan diri untuk menuju ke tempat tersebut, namun tak sampai disana, ada seseorang yang menepuk punggungku.

"Hei nak ali, apak yang kau lakukan disini ?"

Aku tak bisa menjawab pertanyaan beliau, aku gugup, beliau pasti melihat tingkah lakuku.

"Aaaaanuu yai"

Beliau tersenyum

"Sudah tak usah dipikirkan, mari ikut aku kedalam"
"Enggeh"

Aku hanya mengangguk.

Bau wangi  bercampur aduk dengan rokok membuat aroma khas tempat tersebut.

Kyai mansyur menghampiri salah seorang wanita.

"Aku pesan kopi, kamu pesan apa ali"
"Aku teh yai"

Salah seorang wanita dengan pakaian yang tak pantas dikenakan menghampiriku.

"Duh, duh cowok ganteng, ikut neng yuk"

Melihat gelagat dari wanita itu, kyai mansyur berkata

"Sudah jangan kamu goda, lihat tuh mukanya jadi merah"

Kyai mansyur malah menggoda diriku.

Beliau nampak akrab dengan mereka semua, lain halnya denganku yang merasa canggung dengan keadaan seperti ini.

-----

Sudah 2 jam lamanya aku berada di tempat itu bersama kyai, waktuku kuhabiskan untuk melamun.

"Hei, nak ali, ayo kita pulang, kalau kita lewat jalan pintas kita bisa sampai pondok sebelum shubuh"

"Enggeh yai"

"Mirna, aku pamit pulang yah" ucap kyai kepada salah seorang wanita.

"Iyaa"

(Besambung)

-----
-----

Lanjut Ke
Episode 3 : Hilangnya keistimewaan sang santri

Kepulangan mereka menyimpan misteri yang masih belum terungkap, bagaimana kelanjutan cerita ini, ikuti saja cerita, epidose terakhir adalah klimak dari kisah santri ini, jika ada penambah atau apa saja mohon untuk berkomentar di bawah ini

Posting Komentar untuk "Kisah Wali Allah Dan Santri"