Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Salafi Santri Abdi Dalem

Kisah Santri Salafi
Bincang Santri - Dua gunung berjejeran satu sama lain, dengan kegagahannya yang membuat siapa saja terkagum terhadap yang menciptakannya, dan dibawah lereng gunung tersebut berdirilah pondok pesantren, santri kyai hidup berdampingan dengan penduduk sekitar, mendapatkan informasi seperti itu akhirnya seorang anak memutuskan untuk menjadi santri di pondok pesantren tersebut.

kisah khodam kyai

Kisah Santri Salaf


Sebut saja namanya iqbal, sudah 12 tahun lamanya ia mondok di pesantren al hidayah, dia masih ingat betul bahwa dia masuk ke pesantren al hidayah disaat dia berumur 10 tahun, dan kini ia sudah genap berumur 22 tahun.

Iqbal berbeda dengan santri pada umumnya, disaat teman temannya berkumpul ria, ia masih sibuk dengan pekerjaannya.

Pekerjaan yang dia lakukan adalah membantu urusan keluarga kyai atau pengasuh pondok pesantren al hidayah.

Karena itulah, banyak teman temannya yang memanggil iqbal dengan sebutan santri abdi dalem.


Kurangnya biaya untuk belajar, menjadi alasan utama iqbal menjadi khodam kyainya.

Ada senang maupun susah didalamnya, senang karena bisa dekat dengan kyainya dan membantu urusan pribadi beliau, susah karena jarang berkumpul dengan teman santri lainnya.

Meskipun menjadi santri abdi dalem, iqbal tergolong santri yang pintar di antara lainnya, itu dibuktikan dengan peringkat pelajar yang selama ini ia peroleh.

Selain itu, ada keistimewaan dalam diri iqbal, yang bahkan kyainya sendiri tidak mengetahuinya.

Keistimewaan ini terjadi di tahun sebelumnya, atau saat iqbal berumur 21 tahun, saat itu ia sedang melakukan lalaran nadhoman alfiyah di sawah kyainya.


Setelah sampai di tempat, ia teringat akan sesuatu, yakni cangkul yang ia gunakan untuk membajak sawah ketinggalan di dalem kyai.

Jarak antara dalem kyai dan sawah sungguh sangat jauh, munkin kisaran 3 KM, kalau iqbal kembali lagi untuk mengambil barang tersebut, maka waktu untuk lalaran nadhoman alfiyahnya tidak ada sama sekali, malah kemakan oleh waktu perjalanan.

Akhirnya iqbal memutuskan untuk kembali ke ndalem, di perjalanan kembali, iqbal berjalan secara perlahan lahan sambil membaca nadhoman alfiyah.

"Coba aku bisa terbang, munkin saat ini aku sudah sampai di tempat" begitu ucapnya.

Iqbal masih terus melafadzkan nadhomannya, dan dia meloncat sambil membayangkan bisa terbang.

Sungguh di luar dugaan, iqbal benar benae bisa terbang, seperti apa yang dia pikirkan.

Iqbal awalnya kaget, kenapa ia bisa terbang ? munkin inilah yang dinamakan karomah.

Dengan keistimewaan terbang tersebut, kini iqbal bisa pergi kemana saja dengan cepat, namun sayang, ada syarat yang harus dilakukan sebelum ia bisa terbang.

Syarat tersebut adalah iqbal harus membaca nadhom alfiyah terlebih dahulu, kalau tidak maka ia tidak akan bisa terbang.

Iqbal pernah membutikannya apakah dengan membaca nadhoman selain alfiyah ia bisa terbang ? nyatanya tidak.

Keistimewaan bisa terbang yang di miliki oleh iqbal hingga saat ini tak seorangpun yang mengetahuinya.

Hingga pada suatu malam, kyai atau pengasuh pondok pesantren al hidayah bermimpi istrinya telah dijimak atau disetubuh* oleh santrinya sendiri.

Namun dalam mimpi tersebut tidak begitu jelas, siapakah yang menjimak istri beliau.

Beliau yakin bahwa ada santrinya yang bermimpi seperti itu pula, akhinya beliau mengumpulkan seluruh santrinya di satu tempat untuk menanyakan siapakah yang tadi malam bermimpi menjimak istrinya.

Tujuan dari pengumpulan santri itu adalah untuk menemukan si penjimak istrinya dan akan mengusirnya dari pondok pesantren, karena beliau yakin bahwa jika ada yang menjimak istrinya (dalam mimpi), maka ilmu santri dengan kyai sudah setara.

(Bersambung)

Nantikan episode selanjutnya hanya di blog bincang santri :).

Nah itulah kisah santri abdi dalem, jika ada penambahan atau apa saja, mohon untuk berkomentar dibawah ini.

1 komentar untuk "Kisah Salafi Santri Abdi Dalem"