Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Scabies, Penyakit Santri Yang Membudaya

Penyakit Yang Diderita Santri
Bincang Santri - Setiap orang pasti pernah mengalami apa itu sakit (kecuali raja firaun), namun sebelum divonis sakit orang tersebut akan terserang penyakit, baik penyakit jantung, HIV, ginjal bahkan hingga penyakit yang bernama scabies atau biasa disebut dengan gudik.

penyakit yang dialami oleh santri

Penyakit Santri Di Pesantren


Dalam bahasa inggrisnya disebut dengan scabies dan orang orang jawa menyebutnya gudik atau kudis.

Scabies adalah penyakit kulit yang dapat membuat penggunanya XD (korban), merasakan kegatalan luar biasa dimalam hari.

Salah satu penyebab timbul penyakit ini adalah karena kurangnya menjaga kebersihan, jika sobat mengalami gata gatal pada tubuh dan keluarga sobat baik ayah, ibu, dan juga adik kakak mengalami hal serupa, sudah dipastikan keluarga sobat sudah tervonis penyakit ini (Naudzubillah).

Karena scabies juga termasuk salah satu penyakit yang menular.

Faktanya, penyakit seperti scabies ini rentan sekali terhadap santri, atau bahkan bisa dibilang penyakit wajib yang dialami oleh santri.

Loh kok bisa ? simak alasannya ada dibawah ini

Bagi kalangan santri seperti kami, gudikan adalah penyakit yang sudah mainstrem, hingga terciptalah paradigma di kalangan mereka "kalau tak pernah merasakan gudikan, berarti kamu masih belum bisa disebut santri"

Paradigma seperti ini masih terus berlanjut hingga sekarang, hanya ada satu alasan mengenai timbulnya paradigma ini.

Kurangnya Sosialisasi


Di pesantren para santri akan hidup bersama dengan teman temannya, mereka akan belajar cara bersosialisi yang benar.

Seperti membantu teman ketika kesusahan, meminjami hutang, saling berbagi makanan, pakaian hingga peralatan mandi.

Sudah tidak diragukan lagi kebersamaan mereka, hidup sekamar dalam kesederhaan membuat nilai empati dan simpati terhadap satu sama lain semakin bertambah.

Tidur sebantal dan mandi sekamar sudah menjadi kebiasaan mereka, oleh karena itu, jika terdapat santri yang tidak seperti itu,  berarti santri tersebut kurang bersosialisasi atau bisa disebut santri introvert (Jarang sekali ditemukan santri introvert, meskipun ada walaupun sedikit).

Sedangkan kudis adalah penyakit yang menular, jika salah satu santri terkena penyakit ini, secara tak langsung teman temannya akan terkena juga, mengingat para santri hidup bersama sama.

Penyakit yang disebabkan oleh kutu kutu itu akan berpindah tempat melalui, handuk yang dipakai secara bergantian, bantal yang pakai bersamaan ataupun kontak secara langsung.

Itulah mengapa, jika selama nyantri di pesantren, santri tidak mengalami kudis, berarti selama nyantri ia tidak penah bersosialisasi dengan teman temannya.

Paradigma di atas hanya satu di antara lainnya, ada juga paradigma yang di lontarkan melalui dawuh (ucapan) kyai.

Dawuhnya seperti ini :

"Kalau kamu sudah merasakan penyakit kudis, berarti ilmumu sudah masuk dan insya allah berkah".

Munkin sobat yang membaca ulasan ini, akan bertanya, "apa kaitannya ilmu dan juga berkah dengan penyakit ini ?".

Kalau santri pernah mengalami penyakit kudis, berarti dia sudah bersoasilisasi dengan temannya, otomatis kegiatan sehari hari mereka seperti belajar begitu menyenangkan.

Lainnya halnya dengan santri introvert, untuk melakukan apa saja mereka akan selalu canggung, bertanya canggung, minta bantuan canggung dan lain sebagainya.

Sehingga memperlambat proses belajar di pesantren.

Sedangkan untuk masalah barokah, kalau proses belajar mereka lancar, maka akan timbullah keberkahan dalam proses belajar tersebut.

Karena bagaimanapun berkah adalah segala galanya bagi mereka.


Kehidupan yang jauh dikatakan sederhana, baju di gelantungkan di kamar kamar, kondisi kamar yang memprihatinkan, menjadi salah satu alasan terciptanya penyakit ini.

Bahkan hingga sarana prasana yang kurang memadai menjadi faktor penyebabnya, seperti kurangnya air di pesantren.


Air di kamar mandi yang selalu saja sedikit dan juga bisa saja kosong, membuat para serangga serangga kecil beranak pinak di dalamnya.

Sehingga terciptalah kutu kutu air yang dapat menyebabkan gata gatal pada kulit santri.

Berbagai cara sudah di lakukan agar penyakit ini tidak menimbulkan keseriusan mendalam bagi para santri.

Seperti ro'an akbar (kerja bakti), penyemprotan, dan juga pembersihan kamar mandi secara rutin.

Namun apa daya, penyakit ini selalu saja muncul, bukan hanya di pesantren A, B, dan juga C, semua pesantren yang ada di indonesia pasti mengalaminya.

Oleh karena itu, semoga dengan adanya tulisan kecil ini, bisa membuat orang orang itu sadar bahwa pesantren butuh sesuatu untuk menangani malasah yang berkelanjutan ini.

Bertolak Belakang Dengan Sebuah Hadist


Dalam sebuah hadist dijelaskan bahwa "kebersihan sebagian dari iman", lantas bagaimana dengan kondisi  kebersihan di pondok pesantren yang begitu memperihatinkan ?

Sedangkan pesantren itu sendiri adalah tiangnya pendidikan berbasis islami, atau bisa di katakan pesantren adalah kuncinya ilmu agama islam.

Apakah keduanya tidak bertolak belakang ?

Jika sobat pernah ke pesantren, dan masuk ke kamar para santri dan kalau bisa masuk juga ke kamar mandi.

Sobat yang baru pertama kali masuk akan geleng geleng kepala, terlebih jika sobat mencintai kebersihan dan kerapian.

Sobat akan melihat baju dan sarung yang bergelantungan di langit langit dinding, wadah makanan yang berserakan di pinggir pinggir kamar.

Semua itu adalah bukti bahwa santri rentan terhadap penyakit kudis ini.

Yah, bagaimanapun hal seperti itu adalah hal yang biasa, bahkan terbilang salah satu kebiasaan buruk yang dimiliki oleh santri.


Ada beberapa alasan kenapa pesantren sebagai tiangnya ilmu agama bertolak belakang dengan sebuah hadist.

Namun di antara alasan di atas, hanya satu alasan yang pasti, yakni sarana prasana yang tidak memadai.

Bayangkan, satu kamar yang mestinya di oleh 10 orang, malah di isi 20 orang, bayangkan saja ya seperti apa jadinya.

Namun dibalik ketidak memadaian tersebut, akan terjalin sebuah ikatan antar santri yang melebihi ikatan lainnya.

Penulis tidak membahas lebih jauh lagi, nanti bisa bisa keluar dari tema penulisan ini.

Perlu di ketahui, penyakit scabies atau kudis rentan sekali terhadap santri baru, dan penyakit ini tidak akan bisa tertular kepada orang yang pernah mengalaminya (santri senior).

Layaknya tameng, santri yang sudah merasakan penyakit kudis tidak akan terkena untuk kedua kalinya.

Tak percaya, ? coba sobat mondok XD

Munkin itulah, sedikit tulisan mengenai penyakit kulit (scabies) yang kerap kali terjadi pada santri, jika ada penambahan atau apa saja, mohon untuk berkomentar di bawah ini :).

Posting Komentar untuk "Scabies, Penyakit Santri Yang Membudaya"